Khalifah Umar Bin Khottob gelisah sekali menunggu kabar dari medan perang Qodisiah Iraq. Ia ingin mengetahui jalannya pertempuran tentara Islam melawan tentara persia yang jauh lebih besar jumlahnya dan lebih lengkap persenjataannya. Menurut sebuah riwayat, Umar bahkan setiap hari keluar kota Madinah untuk menyongsong kurir dari medan perang/tempur.
Ketika kurir yang diutus panglima perang Islam Sa’ad bin Abi waqosh muncul, Umar segera menghampiri dan menanyakan ihwal peperangan “kaum musyrikin berhasil ditumpas !” jawab sangkurir singkat sembari mempercepat gerak untanya. Ia ingin segera melapor pada khalifah Umar Bin Khottob.
Terpaksalah Umar berlari lari membuntuti sang kurir hingga masuk kota. Betapa terkejutnya sang kurir ketika banyak orang memberi salam pada Umar dengan menyebut “Amirul Mu’minin”. Mengapa anda tidak menyatakan sejak tadi ?
“Tak apa apa saudaraku, Alloh SWT merahmatimu”.
Sungguh kisah yang mengesankan dari seorang pemimpin sekaliber Umar yang telah menggetarkan seantero Timur Tengah, model pemimpin yang rasanya rada mustahil bisa hadir di era kini. Keadaan telah berubah dengan segala kompleksitasnya.
Tapi,Kita merindukan figur pemimpin dengan karakteristik Umar,alumni ‘’sekolah’’,yang dibina Rosululloh SAW, Tegas, berani, adil, berwibawa sangat merakyat, selalu berusaha mengetahui, memahami dan mengedepankan kepentingan rakyat[umat].
Watak kepemimpinan seperti Umar-lah kiranya mampu membenahi negeri yang carut marut ini
Pemimpin yang berwatak merakyat bukanlah yang gemar mengatasnamakan rakyat,bukan yang punya banyak slogan tentang rakyat, bukan yang pandai atau gampang melantunkan ‘’janji-janji sorga’’kepada rakyat, bukan yang pandai bersandiwara kalau perlu menderaikan air mata untuk mengambil hati rakyat.
Kita rakyat Indonesia tahun depan, bulan depan, minggu depan atau bahkan hari besok, tidak tertutup kemungkinan ada yang hari ini akan memilih pemimpin yang baru dari mulai tingkatan RT, RW, KEPALA DESA, BUPATI/WALIKOTA bahkan GUBERNUR.Segala sesuatu tentu perlu persiapan sejak dini.Kita berkepentingan mendapatkan pemimpin yang ideal .Menjadi tugas kita yang punya komitmen demi kemaslahatan negeri yang mayoritas muslim ini untuk tampil dilingkungan masing-masing sebagai ‘’juru penerang’’. Sebab, umat awam dilapis bawah mudah tertipu oleh kemasan citra seorang tokoh yang dipoles hingga berkilauan penuh pesona, yang bahkan mampu membuat umat tergila gila hingga menumbuhkan fanatisme buta, tapi kita akan gagal sebagai juru penerang jika selama ini terasing dari kehidupan lingkungan masyarakat sekitar. Kita tak akan mampu berbicara dengan bahasa umat jika tak pandai bergaul akrab. Semoga harapan menjadi kenyataan dalam bingkai NKRI yang baldatun toyyibatun warobulgofuur.
Penulis adalah siswa MTs Negeri Ciranjang Kelas 8D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar