Sejarah MTs Negeri Ciranjang

MTs Negeri Ciranjang didirikan pada tanggal 8 Januari 1983 atau 23 Rabiul Awal 1403H oleh Menteri Agama Bapak H. Alamsyah Ratu Prawirangara dengan nama Madrasah Al Islamiah atau lebih dikenal dengan MTs Teladan Cibanteng Ciranjang dibawah Yayasan GUPPI Kabupaten Cianjur. Pada tahun 1996 berubah menjadi MTs Negeri Ciranjang Cianjur

Rabu, 16 Maret 2011

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PERILAKU SISWA

Perilaku siswa adalah hal yang sangat komplek untuk dipelajari. Kita percaya bahwa semua perilaku adalah hasil proses pembelajaran yang terus menerus. Pengalaman belajar ini pada akhirnya tertanam dalam memori dan outputnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian ada dua pengertian penting yang bisa kita dapat dari perilaku yaitu :
    1.    Pengalaman-pengalaman yang kita alami sebelumnya dalam memecahkan sebuah masalah.
     2.    Campuran olahan kimia terbaru yang ada di otak kita.
Pelajar mungkin tidak punya keinginan utuk merubah pola dalam berprilaku di karenakan hal tesebut tidak cocok dengan apa yang dipandang baik oleh guru.
Lebih lanjut mereka yang ingin merubah perilaku namun kadang terperangkap oleh respon mereka terhadap hal yang sudah mereka alami.
Ada beberapa zat kimia yang ada dalam otak seperti cortisol, adrenalin, dan dopamine yang memainkan peranan penting sebagai pemicu memori. Semua hasil ingatan pengalaman tersebut disimpan didalam bagian otak yang dinamakan Amygdala. Amygdala adalah tempat otak menyimpan episode-episode ingatan kita dalam otak yang berperan dalam menyimpan penerimaan emosi yang banyak sekali.
Untuk mengerti perilaku anak didik yang tidak sesuai aturan di sekolah, kita perlu mengetahui stimulan apa yang menyebabkan kita atau anak dididik berperilaku seperti itu.
Ada bagian-bagian dari otak yang ternyata mendukung hal tersebut. Tetapi pada saat yang sama otak ternyata juga punya mekanisme untuk mengurangi hal tersebut untuk kemudian di rubah menjadi hal-hal yang membantu kita dalam bertindak. 
Perkembangan gaya hidup masyarakat dan semakin berkembangnya jaman ke arah yang modern mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku yang terjadi pada  siswa. Namun, secara umum perubahan perilaku siswa yang terjadi saat ini, dapat dikategorikan pada dua kecenderungan besar, yaitu perubahan kearah yang positif dan perubahan ke arah yang negatif.
Perilaku seseorang akan terus mengalami perubahan seiring dengan tahapan waktu yang dilaluinya. Perubahan perilaku di masa bayi sampai dengan remaja masih memerlukan bimbingan dan perhatian. Jika perilaku anak tidak dibina dengan baik maka tujuan untuk memperoleh perilaku yang baik tidak akan berhasil. Karena masa kanak-kanak hingga remaja merupakan masa transisi yang sangat rentan terhadap pembentukan perilaku seseorang.
Perilaku yang baik merupakan hasil yang diperoleh dari keberhasilan bimbingan orang tua atau guru terhadap anak atau siswanya. Selain itu, perilaku yang baik dapat pula dihasilkan akibat tauladan yang baik dari orang tua atau gurunya. Sedangkan perilaku yang buruk tidak lepas dari pengaruh kurangnya perhatian atau bimbingan orang tua dan guru sehingga anak menjadikan lingkungan sebagai guru untuk berperilaku. Salah satu lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku anak atau siswa adalah teknologi komunikasi.
Dewasa ini, pekembangan remaja menuju kedalam kedewasaan tidaklah berjalan dengan lancar dikarenakan mengalami banyak rintangan, salah satunya adalah kemajuan teknologi komunikasi yang begitu pesat dalam menyongsong era globalisasi, oleh karena itu manusia saat ini menggunakan teknologi komunikasi sebagai alat kebutuhan hidup yang tidak bisa di pisahkan. Teknologi yang banyak digunakan saat ini adalah   televisi, handphone, computer, Play Station, I-Pad, sosial network dan lain-lain.
Gambaran perilaku siswa yang timbul diakibatkan oleh adanya pengaruh teknologi komunikasi sangatlah bervariasi mulai dari perubahan life style, adat istiadat, sampai cara-cara bersikap dan bertutur kata dalam kehidupan. Jika dicontohkan untuk kalangan siswa sebagai bagian dari masyarakat yang bisa mengikuti arus pergaulan modernisasi yang tidak baik bisa mengkibatkan siswa tersebut mengalami perubahan yang tidak baik seperti cara berpakaian, bergaul, bersikap, bertuturkata, bermain, dan sebagainya.
Karena itulah, guru sebagai agent of change mempunyai peranan strategis dalam mendesain strategi pembelajaran untuk membentuk siswa yang anggun dalam moralitas dan unggul dalam intelektualitas.

      Erick Kemal Fuad, S.Pd, M.MPd. *)

*) Penulis adalah guru Bahasa Inggris di MTs Negeri Ciranjang

Selasa, 15 Maret 2011

Patriotisme Bangsa dalam Narrative Genre

E Elis Aisah
Sejarah sebuah bangsa sangat tergantung kepada siapa yang mengisi ingatan masyarakat. Nilai-nilai perjuangan sebuah bangsa adalah nilai-nilai yang tidak bebas dari nilai karena memiliki tujuan yang merepresentasikan keinginan dan cita-cita dari pelaku dan pembuat sejarah.
Kesadaran akan kekuatan dari pentingnya mengisi ingatan masyarakat dan menanamkan nilai-nilai patriotism kebangsaan telah menjadikan Soeharto sebagai tokoh sentral sejarah masa lalu bangsa Indonesia walaupun fakta sejarah menafikannya. Beliau pada saat berkuasa mengerti betul kekuatan bahasa sebagai perwakilan tidak hanya pesan namun juga mewakili unsur ideasional dan interpersonal.
Sebutlah film-film Temon, Janur Kuning, dan Penumpasan G.30S/PKI yang sering diputar ketika menghadapi momen-momen sejarah bangsa menjadi narasi yang sangat dinantikan pada waktu itu dan telah berhasil menggetarkan semnagat masyarakat pada masanya. 
Namun, terlepas dari doktrinasi yang ditanamkan, apa yang Soeharto pernah lakukan kiranya harus menjadi sebuah inspirasi bagi pelaku sejarah, ahli sejarah para penulis bahkan para guru bahasa untuk menarasikan kembali semangat-semangat nasionalisme yang sesuai dengan fakta dalam berbagai bahasa yang dipelajari generasi baru (baca: Siswa).
Terlebih lagi, pembelajaran bahasa inggris yang menekankan pada genre, keberadaan teks narasi bertemakan semangat nasionalisme sangat diperlukan. Hal ini diperlukan untuk mencegah distorsi kebudayaan dan pengikisan semangat nasionalisme keindonesiaan dalam maraknya internasionalisi pendidikan.
Perlu diingat bahawa dalam pendekatan genre, mengadopi pendekatan fungsional, bahasa diartikan sebagai alat menegosiasi makna dalam proses interaksi yang sangat sensitive terhadap konteks budaya dan situasi (Lihat Halliday, 2004; Eggins, 2004). Sedangkan belajar dimaknai sebagai proses membuat makna dan pengalaman baru yang dibentuk secara bersama-sama dalam proses interaksi antara murid (termasuk didalamnya pengetahuan terdahulu mereka), guru, dan sumber-sumber aktifitas sosial dalam interaksi sosial masyarakat (Lihat Emmitte & Pullock, 1995; Christie, 2004).
Dengan memahami paradigm pendekatan tersebut, adalah keniscayaan jika guru dalam mengajarkan bahasa Inggris menanamkan semangat kepahlawanan bangsa Indonesia dalam teks-teks yang mereka pilih dan buat sebagai model acuan pembelajaran. Teks-teks narasi yang sering kita temukan di buku sumber hanya memfokuskan diri terhadap unsur imaginasi yang kurang menyentuh ranah konteks sosial, kontek budaya dan kedewasaan siswa.
Terlebih lagi sebuah teks narasi yang baik harus mengandung unsur koda–kesimpulan dari sebuah cerita yang dapat disarikan dalam kehidupan (Christie, 2009 dalam sebuah Seminar), maka menghadirkan teks narasi sejarah bangsa sendiri akan memberikan beberapa manfaat yakni memberikan contoh yang real dalam memperjuangkan kehidupan, mewariskan semangat kepahlawanan dan memberikan pemahaman bahwa bahasa memiliki keterkaitan kontekstual dengan situasi khususnya dalam sejarah nasional.
Adalah perjuangan besar kita sebagai guru bahasa Inggris untuk menarasikan dan mendiskusikan tokoh perjuangan Putra Sang Pajar “Soekarno” ketika menjalani masa kecil, Soewardi Soeryaningrat ketika menuliskan “Als ik eens Nederlander was”, Muhammah Hatta ketika hidup dipengasingan, perjuangan Bung Tomo sebelum moment 10 November atau perjuangan tokoh Raden Aria Wirata Nudatar membebaskan Tatar Sunda dari Kompeni. Menghadirkan tokoh perjuangan negeri ini mutlak diperlukan untuk memberikan identitas bahwa bangsa ini juga memiliki para pejuang yang ditakuti bangsa lain. Juga sebagai pernyataan sikap bahwa perjuangan melepaskan belenggu yang menghalangi majunya bangsa ini dalam percaturan dunia masih terus akan bergaung selama ruh sejarah perjuangan masih tetap membara dalam dada.
(Terima kasih tak terhingga pada Dosen Sastra yang telah membakar semangat dal
am kuliah kami tanggal 30 Oktober 2009).


* Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di MTs. Negeri Ciranjang dan Mahasiswa SPS UPI).


Eneng Elis Aisah*

Jumat, 11 Maret 2011

Manusia Sebagai Makhluk Mulia




Pertama dan yang paling utama mari kita panjatkan puji kepada Alloh Dzat Illahi Robbi, puja kepada Alloh Dzat Azza Wajalla dan syukur kepada Alloh Robbul Gopur,  yang telah memberikan kesehatan kepada kita sehingga kita diberi kesempatan sejenak untuk taqorrub illaoh pada sela-sela kesibukan kita. Mudah-mudahan yang sejenak ini menjadikan washilah bagi kita untuk senantiasa ada dalam kesehatan keselamatan dan kesuksesan. Amiiiiiiiin
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada habibana wanabiyyana Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jurang kegelapan menuju dunia yang  terang benderang . Dan semoga kecintaan kita kepada beliau tetap tumbuh dan berakar dalam  jiwa kita karena ujung dari cinta yang sesungguhnya adalah peningkatan kualitas diri dalam pengamalan ajaran agama yang belaiau bawa.

Pembaca yang dimuliakan Alloh dalam kesempatan ini saya akan berangkat dari  surat Attin ayat;2 yang artinya “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya ﺍﺤﺴﻦﺘﻗﻮﯾﻤ (Ahsani taqwiim) ya’ni     ﻤﺨﻠﻮﻖﻤﻜﺮﻡ    (mahluku mukrimun), yakni makhluk yang mulia
Manusia bisa disebut mulia, dengan ciri-ciri sbb;
1. إﻤﺘﯾﺎﺰﺍﻠﻌﺎﻗﻞ (Imtiyaajul a’kil)   memiliki akal yang lebih dengan makhluk yang lainnya, sehingga kejamnya harimau, kencang nya lari sang kancil dan indahnya terbang burung semua itu dapat dikalahkan oleh manusia yang tanpa  menggunakan sayap, tanpa taring, itu semua hanya dengan menggunakan akal.
2. ﻤﺨﯾﺎﺭ (Mukhoyyarun)  manusia diberi kebebasan memilih, dalam bidang usaha, pasangan hidup, berakhlak termasuk pilihan agama, dan Alloh tidak butuh atas pilihan kita, dan semua pilihan kita akan kembali kepada kita yang memilihnya. Untuk itu tugas kita sebagai pendidik dan sekaligus orang tua  seyogyanya memberi  arahan kepada generasi muda supaya lebih dari kita segalanya, pintarnya, kedudukannya, pamornya, dan imanya. Bukan sebaliknya, generasi setelah kita lebih rendah akhlaknya, kepribadiannya, kesopanannya dan imannya, itu yang seharusnya kita takuti, sebagaimana dalam surat Annisa ayat 9 yang artinya; “Dan hendaklah takut (kepada Alloh) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturuan yang lemah..
3. ﻤﻜﻠﻒ (Mukallafun) orang mukallap, kita sebagai orang yang beriman sepantasnya kita menerima aturan-aturan yang alloh berikan, menerima dengan sepenuh hati melaksanakan dengan kesadaran dan mengamalkan  dalam kehidupan nyata
4.  ﻤﺰﻯ  (Majiyyun) ada perhitungannya,  sebagai manusia berbeda dengn makhluk lainnya, perbuatan kita akan diperhitungkan,  mulai dari baligh, baik dari sikap, ucapan perbuatan dan I’tikad termasuk baik dan buruk, sehingga kamera Rokib dan Atid selalu On . Dan akhir dari video tersebut adalah, mati “terpisahnya jasad dan nyawa” dan setelah itu diperlihatkan dan diperhitungka segala amalan-amalan kita, “Barang siapa yang berbuat kebaikan walau seberat Dzarroh pun niscaya akan ditemukan balasannya, dan barang siapa yang berbuat kejahatan walau seberat dzarrohpun niscaya akan ditemukan balasanya pula".
Pembaca yang saya hormati
Sepantasnya, dan seyognya kita sebagai manusia yang mempunyai kesempurnaan akal, menggunakan potensi akal untuk kebaikan dan kemaslahatan ummat. Kita sebagai makhluk yang diberi kebebasan memilih hendaknya tidak salah memilih terutama berakhlak dan beragama, dan kita sebagai manusia yang mukallap hendaknya kita sadar atas aturan yang Alloh berikan kepada kita sehingga dengan ringan kita bisa menerima, melaksanakan dan mengamalkan, dan kita sebagai manusia yang tahu terimakasih sepantasnya kita selalu bersyukur atas ni'mat yang telah Alloh berikan, dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak pemberiNya. Kalau kesemuanya itu tidak diindahkan (tidak menggunakan potensi akal, tidak mensyukuri ni’mat, pilihannya salah /tidak berakidah , maka Alloh akan menurunkan derajat yang mulia itu menjadi makhluk yang serendah-rendahnya lebih rendah dari binatang yang najis sekalipun. Sebagaimana dalam surat Attin ayat 3 yang artinya “ Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendanya.
Ciranjang, 7 Maret 2011
Nuraidah (Guru PAI MTs Negeri Ciranjang)